Minggu, 22 September 2019

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُاللّٰهِ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ

Muqaddimah

Tentang Pentingnya Ilmu Nasab Dan Memeliharanya Pada Masa Era Globalisasi

Segala Puji Bagi Allah Yang Maha Esa, Maha Agung Lagi Maha Segala-Nya. Atas Segala Limpahan Rahmat Beserta Karunia-Nya Yang Tidak Terhingga, Kasih Sayang-Nya Yang Abadi, Pintu Maaf-Nya Yang Tidak Pernah Terkunci Bagi Setiap Hamba-Nya Yang Berserah Diri Keharibaan Ilahi Rabbi, Tuhan Semesta Alam Yang Maha Luhur Nan Suci.

Shalawat Serta Salam Kami Haturkan Kepada Junjungan Kami, Rasul Penghulu Alam, Nabi Agung, Manusia Pilihan Sayyidina Wa Maulana Muhammad SAW, Dan Bagi Para Keluarganya Yang Suci Lagi Mulia, Para Imam Pemimpin Umat Yang Menjadi Pewaris Nabi Muhammad SAW, Serta Kepada Para Sahabat Pilihan Dan Juga Para Pengikutnya Yang Senantiasa Yang Memegang Teguh Al-Qur'an Dan As-Sunnah Baik Dari Generasi Awal Hingga Di Akhir Zaman.

Ilmu Nasab Atau Ilmu Silsilah Adalah Ilmu Yang Membahas Garis Keturunan / Susunan Jalur / Asal Muasal Seseorang Baik Keturunan Bangsawan, Raja / Ratu / Sultan / Pangeran, Raden Maupun Keturunan Dari Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

"Bagi Mereka Yang Telah Dikaruniakan Oleh Allah SWT, Nasab Dan Keturunan Yang Mulia Hendaklah Menjaga Dan Memeliharanya Sebagaimana Yang Telah Dilakukan Oleh Para Wali Dimasa Hidupnya 

Selasa, 17 September 2019

Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong

Karangbong - Pajarakan - Probolinggo - Jawa Timur - Indonesia

Manaqib Sayyidi Syaikhona KH. Muhammad Hasan Genggong

Profil KH.Muhammad Hasan Bin Syamsuddin Bin Qoiduddin Al-Adzmatul Khan Al-Jawi
Nama Lengkap         : KH.Muhammad Hasan Al-Jawi
Nama Masa Kecil      : Non Ahsan Bin Syamsuddin
Nama Akrab Panggilan : Kyai Hasan Sepuh Genggong
Tempat,Tanggal Lahir : Probolinggo,27 Rajab 1259 H
Tempat,Tanggal Wafat : Probolinggo,11 Syawal 1374 H
Alamat Asal         : Desa Sentong Kecamatan Krejengan Kabupatrn Probolinggo
Alamat Tinggal       : Desa Karangbong Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo

Kabupaten Probolinggo Tampaknya Memiliki Cendikiawan Muslim Sejak Puluhan Tahun Lamanya. Berdirinya Beberapa Pondok Pesantren Sebagai Pusat Kajian Keagamaan Merupakan Manifestasi Penyebaran & Dakwah Ajaran Islam Oleh Para Cendikiawan Muslim Tersebut. Hal Ini Adalah Sebagai Tindak Lanjut Dari Tradisi Sebelumnya Yang Diajarkan & Disebar Luaskan Juga Dipopulerkan Oleh Para Dewan Wali Songo Seperti ;
1. Syeikh Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik),
2. Syeikh Maulana Ahmad Rahmatullah (Sunan Ampel),
3. Syeikh Maulana Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang),
4. Syeikh Maulana Ainul Yaqin (Sunan Giri),
5. Syeikh Maulana Syahid Abdurrahman (Sunan Kalijaga)
6. Syeikh Maulana Abdul Hasyim / Qasim (Sunan Drajat)
7. Syeikh Maulana Jakfar Shadiq (Sunan Kudus),
8. Syeikh Maulana Umar Syahid (Sunan Muria),
9. Syeikh Maulana Syarif Hidayatullah (Sunan G.Jati).

Tidak Heran Apabila Di Wilayah Kabupaten Probolinggo Termasuk Salah Satu Wilayah Yang Populer Dengan Adanya Kontribusi Daripada Para Cendikiawan Muslim. Salah Satunya Adalah Al-Arifbillah Al-Qutub Arrabbani Asshamadani Hadratus Syeikh KH.Muhammad Hasan Bin Syamsuddin Bin Qoiduddin Al-Adzmatul Khan Al-Jawi Genggong. Seorang Ulama' Yang Termasyhur Sederhana, Alim Allamah,Cerdas,Ramah Tamah,Suka Menolong, Tawadhu',Budi Pekerti (Akhlaq Yang Luhur),Muballigh, Tokoh Agama Dan Juga Tokoh Pengarang Kitab Nadzham "Safinatun Najah" & Beberapa Kitab-Kitab Yang Lainnya Guna Untuk Pembelajaran Bagi Masyarakat Dalam Memperdalam Ilmu Agama Islam Pada Saat Itu. Beliau Lahir Di Probolinggo 27 Rajab 1259 H / 1840 M. Nama Asli Beliau Adalah KH.Muhammad Hasan,Namun Dikalangan Masyarakat Umum Akrab Memanggilnya Dengan Sebutan Kyai Hasan Sahaja. Panggilan Kyai Hasan Tersebut Sangatlah Populer Sampai Masyarakat Nyaris Tidak Mengetahui Nama Lengkapnya. Namun Sewaktu Beliau Masih Kecil Biasa Akrab Dipanggil Non Ahsan, Nama Hasan Dan Ahsan Tersebut Sudah Akrab Dipanggil Dari Masa Kecilnya. Tapi Di Masa Tuanya Beliau Akrab Dengan Sebutan Kyai Hasan Sepuh Genggong,Dan Dikalangan Para Ulama' Dan Para Kyai (Masyayikh) Beliau Mendapatkan Julukan Dan Sebutan Syeikh.Namun Yang Lebih Terkenal Beliau Akrab Dengan Panggilan Kyai Hasan Sepuh Genggong Oleh Kalangan Banyak Masyarakat,Sehingga Sebutan Kyai Hasan Sepuh Genggong Terus Digunakan Sampai Sekarang,Untuk Menceritakan Masa Hidupnya (Manaqib Beliau). Nama Kyai Muhammad Hasan Dicantumkan Lengkap Pada Kitab Karangannya Yang Dicetak Saat Ini,Dan Tidak Menggunakan Nama Panggilan Ataupun Sebutan Lagi.

KH.Muhammad Hasan Lahir Dari Seorang Pasangan Yang Sangat Sederhana,Terhormat Dan Mulia Yaitu Ayahandanya Yang Bernama Hadratus Syeikh KH.Syamsuddin (Kyai Miri) Dan Dari Seorang Ibundanya Yang Bernama Hadratus Syeikhah Nyai Hajjah Khadijah (Nyai Miri). Mata Pencaharian KH.Syamsuddin (Kyai Miri) Adalah Mencetak Genting Dimana Hasilnya Untuk Keperluan Keluarga Dan Sebagian Untuk Keperluan Sosial. Sebelum KH.Muhammad Hasan Ada Dalam Kandungan Ayah Beliau KH.Syamsuddin Bermimpi Bahwa Istrinya Yaitu Nyai Hajjah Khadijah Sedang Merenggut Bulan Purnama Dan Kemudian Melahap Sampai Habis Bulan Tersebut,Beberapa Hari Kemudian Nyai Hajjah Khadijah Hamil Dan Sembilan Bulan Kemudian Melahirkan Seorang Anak Laki-Laki Yang Mereka Diberikan Nama Muhammad Hasan Atau Yang Biasa Dipanggil Ahsan Bin Syamsuddin.
KH.Muhammad Hasan Ditinggalkan Oleh Ayahandanya Pada Waktu Beliau Masih Kecil Sehingga Sang Ibundanya Yang Harus Berjuang,Mendidik Dan Menggembleng Beliau.

Pada Masa Kecil Dan Remajanya,Syeikh Hasan Menempuh Beberapa Pendidikan Diantaranya Adalah Ketika Waktu Masih Kecil Beliau Berada Di Pondok Pesantren Sentong Dibawah Asuhan Ayahandanya Tercinta KH.Syamsuddin. Beliau Belajar Dari Kecil Sampai Berumur 14 Tahun. Hubungan Dengan Keluarga Juga Baru Dimulai Diumur 14 Tahun. Kemudian Beliau Melanjutkan Pendidikannya Di Pondok Pesantren Sukonsari Pojontrek Pasuruan Dibawah Asuhan KH.Muhammad Tamim. Tidak Cukup Lama Dalam Pesantren Sukonsari,Kemudian Beliau Menngabdikan Dirinya Di Pondok Pesantren Bangkalan,Dibawah Bimbingan Hadratus Syaikhona KH.Muhammad Kholil. Di Pesantren Itulah Beliau Menggembleng Dirinya Serta Memperdalam Semua Ilmu Agama Selama 32 Tahun.

Selasa, 03 September 2019

Sejarah Para Ulama' Nusantara Indonesia

Manaqib Sirah Syeikh Maulana Abdul Samad Al-Falimbani
"( Tuan Datuk Sanggul )" 
Palembang - Kalimantan Selatan - Indonesia

Seorang Ulama' Besar Di Bumi Nusantara Indonesia
Serta Pejuang Di Tanah Melayu Pattani Pauk Boh Thailand

Beliau Lahir Di Palembang Pada Tahun 1704 M / 1116 H, Masyarakat Palembang Juga Banyak Keturunan Dari Syeikh Abdul Samad Al-Falimbani. Beliau Banyak Bersahabat Dengan Beberapa Ulama' Besar Pada Masanya, Diantaranya Ialah ;
1. Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari ( Datuk Kalampayan )
2. Syeikh Abdul Wahab Bugis ( Menantu Datuk Kalampayan )
3. Syeikh Abdurrahman Al-Masri (Kakek Habib Utsman Betawi),
4. Syeikh Tuan Muhammad Daud Al-Fatani ( Ulama' Melayu ).

Syeikh Abdul Samad Al-Falimbani, Seorang Ulama Besar Sufi, Seorang Ulama' Ahli Strategi Dalam Bidang Perang, Dan Juga Ulama' Ahli Fiqih, Ushul Fiqih, Ahli Hadits, Dan Beliau Juga Seorang Syuhada' Karena Pada Masa Itu, Beliau Membela Dan Andil Ikut Perang Melawan Kerajaan Siam Buddha Yang Ingin Merebut Wilayah Kekuasaan Bumi Melayu Pattani Kampung Pauk Boh Yang Sekarang Menjadi Bagian Negara Thailand.

Syeikh Abdul Samad Al-Falimbani, Mati Syahid ( Wafat ) Dalam Berjuang Bersama Para Tentara Melayu Kedah Malaysia Yang Melawan Kerajaan Siam Buddha Thailand. Menurut Masyarakat Palembang, Makam Beliau Ada Di Kawasan Tengah Hutan Daerah Palembang Kalimantan Selatan. 

Beliau Salah Satu Keturunan Daripada Ulama' Asal Arab Yaman Selatan. Karena Ayah Beliau Bernama Syeikh Sayyid Abdurrahman Bin Abdul Jalal Bin Abdul Wahab Bin Al-Imam Al-Qutub Syeikh Sayyid Ahmad Al-Mahdani Al-Yamani. Dan Juga Beliau Keturunan Melayu Karena Ibu Beliau Yang Bernama Sayyidah Dewi Zainab Adalah Putri Dari Kesultanan Kedah Yaitu Datuk Sri Maharaja Dewa Malaysia.

Menurut Sumber Lain, Ibu Dari Syeikh Abdul Samad Al-Falimbani Adalah Seorang Putri Kesultanan Palembang Yang Bernama Raden Ajeng Ranti. Jika Jika Dilihat Dari Garis Keturunan Ibu, Syeikh Abdul Samad Keturunan Dari Palembang Yang Dinisbatkan  Pada Namanya Yaitu " Al-Falimbani ". Seperti Para Ulama' Pada Masanya, Syeikh Abdul Samad Banyak Melakukan Pengembaraan Menuntut Ilmu. Baik Di Nusantata Maupun Di Negara Tetangga, Seperti Malaysia, Thailand, Dan  Arab Kawasan Timur Tengah ( Mekkah, Madinah, Yaman, Dan Juga Mesir ) Daerah Tanah Maghrib ( Maroko ).

Menuntut Ilmu Di Pattani

Guru Pertama Beliau Ialah Ayahnya Sendiri Yaitu Syeikh Sayyid Abdurrahman Bin Abdul Jalal Al-Mahdani Al-Yamani. Selanjutnya Beliau Pergi Menuntut Ilmu Ke Negeri Bumi Melayu Yaitu Pondok Pesantren Pattani Yang Diasuh Oleh Syeikh Sayyid Tuan Abdurrahman Bin Syeikh Sayyid Tuan Abdul Mubin Pauk Boh Al-Fatani Thailand. Pada Masa Itu Pattani Adalah Salah Satu Tempat Untuk Menimba Ilmu Ke Islaman Pertama Kali Didirikan Oleh Syeikh Sayyid Tuan Abdul Mubin Al-Fatani Di Bumi Melayu Kampung Pauk Boh Pattani Thailand, Dengan Sistem Pendidikan Pondok Pesantren. Kala Itu Pondok Pesantren Pattani Adalah Pesantren Yang Pertama Dan Tertua. Beliau Sejak Menimba Ilmu Di Berbagai Pesantren  Yang Ternama Sejak Itu Bersama Dengan Saudaranya Syeikh Abdul Qadir Al-Falimbani, Dan Syeikh Abdullah Al-Falimbani. Seperti Pondok Pesantren Pattani, Pondok Pesantren Bendang Gucil Di Kerisik, Dan Pondok Pesantren Sumala ( Kuala Bekah ) Aceh.

Diantara Para Gurunya Yang Di Pattani Ialah Syeikh Sayyid Tuan Abdurrahman & Syeikh Sayyid Tuan Abdullah Putra Dari Seorang Ulama' Besar Tersohor Di Bumi Melayu Pattani Yaitu Al-Alimul Allamah Syeikh Sayyid Tuan Abdul Mubin Al-Fatani. Dikota Suci Madinah Beliau Belajar Tasawwuf Kepada Seorang Ulama' Besar Sufi Termasyhur Yaitu Al-Alimul Allamah Al-Imam Al-Arifbillahi Al-Quthub Al-Aqthab Al-Ghauts Syeikh Syarif Muhammad Samman Al-Madani Al-Hasani RA. Dan Juga Mempelajari Ilmu Tasawwuf Kepada Al-Alimul Allamah Al-Arifbillahi Al-Imam Syeikh Sayyid Abdurrauf Al-Fansuri As-Saingkili Kuala Aceh. Juga Belajar Tasawwuf Kepada Al-Alimul Allamah Al-Arifbillahi Al-Imam Syeikh Sayyid Syamsuddin As-Sumatrani Aceh.

Dari Pattani, Syeikh Abdul Samad Al-Falimbani Belajar Ke Kota Suci Mekkah Dan Madinah. Disitulah Beliau Banyak Bersahabat Dengan Para Ulama' Dari Nusantara Seperti ;
1. Syeikh Muhammad Irsyad Al-Banjari ( Datuk Kalampayan )
2. Syeikh Abdul Wahab Bugis ( Menantu Datuk Kalampayan )
3. Syeikh Sayyid Abdurrahman Al-Batawi ( Mufti Betawi )
4. Syeikh Sayyid Tuan Muhammad Daud Al-Fatani.

Walaupun Menetap Di Kota Suci Mekkah, Beliau Masih Tetap Memberikan Perhatian Dan Pengaruh Besar Pada Perkembangan Sosial, Politik & Keagamaan Di Nusantara.

Belajar Dan Tabarukan Di Tanah Suci Haramain

Di Kota Suci Mekkah Dan Madinah Beliau Banyak Belajar Kepada Beberapa Ulama' Besar Ternama Diantaranya Ialah ;

1. Al-Alimul Allamah Al-Arifbillahi Al-Imam Al-Quthub Al-Ghauts Syeikh Syarif Muhammad Samman Bin Abdul Karim Al-Hasani,

2. Al-Alimul Allamah Al-Arifbillahi Al-Imam Al-Kabir Al-Masyhur Syeikh Sayyid Muhammad Bin Sulaiman Al-Kurdi Al-Haramain,

3. Al-Alimul Allamah Al-Arifbillahi Al-Imam Al-Kabir Al-Masyhur Syeikh Sayyid Abdullah Mu'in Al-Damanhuri Al-Haramain,

4. Al-Alimul Allamah Al-Arifbillahi Al-Imam Al-Kabir Al-Masyhur Syeikh Sayyid Muhammad Ibrahim Al-Raisi Al-Haramain,

5. Al-Alimul Allamah Al-Arifbillahi Al-Imam Al-Kabir Al-Masyhur Syeikh Sayyid Muhammad Al-Mauraddi Al-Haramain,

6. Al-Alimul Allamah Al-Arifbillahi Al-Imam Al-Kabir Al-Masyhur Syeikh Sayyid Muhammad Al-Jauhari Al-Haramain,

7. Al-Alimul Allamah Al-Arifbillahi Al-Imam Al-Kabir Al-Masyhur Syeikh Sayyid Al-Habib Atha'ullah Al-Mashri Al-Husaini.

Ulama' Sufi

Meskipun Mendalami Tasawwuf, Beliau Masih Dikenal Kritis. Dia Sering Berdebat Diantara Para Kalangan Yang Mempraktekkan Tarekat Secara Berlebih2an. Beliau Selalu Mengingatkan Akan Bahaya Kesesatan Yang Diakibatkan Oleh Aliran2 Tarekat Tersebut. Wabil Khusus Tarekat Yang Mengatasnamakan Aliran Tarekat "Wujudiyyah Mulhid" Yang Terbukti Telah Membawa Banyak Kesesatan Di Aceh.

Untuk Mencegah Apa Yang Diperingatkannya Itu,