Jumat, 16 Agustus 2019

Sejarah Syeikh Maulana Abdul Jalil Al-Jawi
( Sembah Lebe Warta Kusumah )
( Sunan Bagus Jepara )



Beliau Seorang Ulama' Asal Dari Sumedang Pada Masa Kekuasaan Bupati Pangeran Panembahan Rangga Gempol III Sekitar Tahun 1656 - 1706 M. Karena Kecewa Akan Janji Seorang Bupati Untuk Menerapkan Ajaran Syari'at Islam Dikawasan Daerah Sumedang Yang Tak Pernah Terlaksana, Maksudnya  Untuk Menghindari Perseteruan Dengan Kesultanan Banten ). Akhirnya Dia Mengasingkan Diri Ke Cikelet Garut Selatan. Dari Situlah Syeikh Abdul Jalil Membuka Kampung Dukuh Dengan Menggunakan Adat Istiadat. Menurut Babat Tanah Pasundan Nusantara, Beliau Yang Membabat Tanah Kampung Dukuh. Karena Makam Beliau Juga Terletak Diatas Perbukitan Arah Timur Kampung Dukuh.

Pada Masa Itu, Syeikh Abdul Jalil Menimba Ilmu Dikota Suci Mekkah. Tak Lama Kemudian, Beliau Dimintai Oleh Sang Guru Untuk Pe Kampung Halamannya. Namu Beliau Menjadi Keberatan, Dengan Alasan Ingin Menghabiskan Sisa Hidupnya Untuk Mengabdi Kepada Sang Guru Dikota Suci Mekkah. Tetapi Sang Guru Memaklumi Dengan I'tikad Baik Pada Muridnya Tersebut. Namun Niat Dari Sang Guru Itu, Tetap Berharap Kepada Sang Muridnya Untuk Kembali Ke Kampung Halamannya / Kembali Ke Tanah Airnya. Dan Setelah Itu, Syeikh Abdul Jalil Diberikan Segenggam Tanah Dan Sekendi Air Suci Dari Kota Suci Mekkah Oleh Sang Sang Guru Tersebut. Karena Syeikh Maulana Abdul Jalil Merupakan Sosok Murid Yang Sangat Ta'at Dan Patuh Terhadap Sang Gurunya Itu. Dan Pada Waktu Itu Juga, Syeikh Abdul Jalil Pun Menuruti Dan Menerima Semua Permintaan Dari Sang Gurunya. Kemudia Sang Guru Berpesan Supaya Tanah Tersebut Ditaburkan Ditempat Yang Dianggap Cocok Dengan Hati Nuraninya, Sementara Air Suci Yang Ada Didalam Kendi, Supaya Ditanam Ditanah Tersebut. Syeikh Maulana Abdul Jalil Menyetujui, Lalu Beliau Mohon Do'a Restu Dan Ijin Kepada Sang Guru Untuk Kembali Ke Mataram.

Pada Suatu Waktu, Didaerah Sumedang Yang Saat Itu Di Perintah Oleh Penguasa Yang Bernama Pangeran Rangga Gempol III / Pangeran Panembahan ( 1656 - 1706 M ), Sedang Membutuhkan Seorang Penghulu. Bahkan Pangeran Panembahan, Sampai Mengirim Utusan Hingga Ke Mataram. Oleh Raja Mataram, Ditunjuklah Syeikh Maulana Abdul Jalil Untuk Dijadikan Sebagai Penghulu ( Senopati ), Didaerah Sumedang. Syeikh Maulana Abdul Jalil Bersedia Menjadi Penghulu Didaerah Sumedang, Namun Dengan Satu Syarat, Yaitu Agar Bupati Dan Rakyatnya Bersatu Padu & Saling Bahu Membahu Dan Tidak Boleh Melanggar Aturan Hukum Dan Juga Hukum Syara' ( Ketetapan Al-Qur'an Dan Al-Hadits ).

Syarat Itupun Disanggupinya Oleh Pangeran Gempol, Setelah Syeikh Maulana Abdul Jalil Dinobatkan Sebagai Penghulu ( Senopati ), Selama Periode 12 Tahun Lamanya. Beliau Berkeinginan Untuk Melaksanakan Ibadah Haji Ke Tanah Suci Mekkah, Dan Peangeran Gempol Memberikan Ijin Kepadanya. Ketika Syeikh Maulana Abdul Jalil Sedang Berada Di Tanah Suci Mekkah, Kerajaan Sumedang Kedatangan Utusan Dari Kerajaan Banten, Dengan Maksud Kedatangannya Untuk Meminta Kepada Kerajaan Sumedang Agar Tidak Mengabdi Kepada Kerajaan Mataram Dan Mengabdi Kerajaan Banten.

Mendengar Keinginan Dua Utusan Dari Banten Itu, Pangeran Gempol Tidak Langsung Memutuskannya, Namun Ia Masih Meminta Untuk Mempertimbangkannya. Selanjutnya, Kedua Utusan Tadi Langsung Permisi Untuk Kembali Kerajaan Banten. Namun Ketika Berada Didaerah Parakan Muncang, Keduanya Ditangkap Oleh Utusan Dari Kerajaan Sumedang Atas Perintah Dari Pangeran Gempol. Dengan Alasan Sebelum Mereka Sampai Di Banten, Maka Mereka Dibunuh, Karena Jika Mereka Dibiarkan Mengadu Kepada Kerajaan Banten, Maka Akan Mengkhawatirkan Terjadi Kerusuhan ( Peperangan ) Di Kerajaan Sumedang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar